Narayana 734 - Investasi di bidang pengolahan salak menjadi produk minuman "wine salak" di Kabupaten Karangasem, Bali, sampai saat ini masih dalam proses tawar-menawar.
"Tawar-menawar dengan investor masih dilakukan. Begitu juga soal perizinan juga masih dalam proses, " kata Bupati Karangasem I Wayan Geredeg di Amlapura, Jumat.
Menurut dia, jika salak tersebut bisa diolah dengan baik menjadi wine salak, maka dipastikan dapat menstabilkan harga salak di kabupaten paling timur Pulau Bali itu.
Wine Salak |
Setiap tahun, petani di Kabupaten Karangasem bisa menghasilkan ratusan ton salak. Namun sampai saat ini melimpahnya hasil panen salak belum mampu mengangkat taraf hidup petani salak di daerah itu karena harga jual sering kali jatuh pada saat musim panen.
Padahal para petani sudah bekerja keras mengembangkan komoditas pertanian yang dikenal para wisatawan mancanegara itu dengan sebutan "fruit snake skin".
Saat ini, kata dia pengelolaan salak menjadi wine itu masih dikelola oleh masyarakat lokal melalui badan usaha CV Dukuh Lestari. Wayan Geredeg berharap badan usaha itu bisa mengembangkan jaringan produksi di setiap subak untuk menjadi pengolah wine berkualitas.
Satu botol wine salak di tingkat petani dijual dengan harga Rp26 ribu. Kemudian di tingkat distributor seharga Rp100 ribu dan tingkat pengecer Rp200 ribu per botol. Untuk menghasilkan satu botol wine dibutuhkan satu kilogram salak.
Petani baru bisa mendapatkan keuntungan jika harga salak stabil pada angka Rp10 ribu per kilogram.
REPUBLIKA.CO.ID
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini: