Mohammed Ludovic Lütfi Zahed, Muslim Aljazair yang tinggal di Perancis, yang menikah dengan pasangan gay-nya, telah berusaha untuk membuka masjid ini sejak lama.

Ide ini nampaknya akan menghadapi kemarahan komunitas Muslim Perancis. yang menganggap homoseksualitas sebagai terlarang, baik dari kacamata budaya, politik, maupun agama.

"Di masjid normal, perempuan harus duduk di belakang dan memakai jilbab, dan laki-laki gay takut agresi baik verbal maupun fisik. Setelah melakukan ibadah haji, saya menyadari bahwa masjid untuk gay adalah suatu keharusan bagi umat Islam, bagi gay yang ingin melakukan sholat, "kata Zahed, pada surat kabar Turki, Hurriyet Daily, pekan ini.

Zahed akan mendirikan masjid itu di sebuah aula pada kapel Buddha, pada 30 November 2012. Di masjid itu disebutnya wanita dan laki-laki boleh sholat bersama tanpa sekat.

Sabtu lalu lebih dari 100.000 orang berdemonstrasi di seluruh penjuru Perancis menentang rencana pemerintah menyetujui pernikahan sesama jenis dan adopsi.

Zahed dan "suaminya" yang berasal dari Afrika Selatan, Qiyam al-Din, menikah dengan menggunakan Syariah (hukum Islam) di hadapan seorang imam di Mauritania bernama Jamal, pada 12 Februari 2012, seperti ditulis Surat kabar Al bawbaba pada 2 April 2012.

Zahed didiagnosis menderita AIDS pada usia 19 tahun, tetapi penyakit itu memberinya tujuan baru dalam hidup, dan menariknya berdekat-dekat dekat dengan agama.

Zahed sedang melanjutkan studi doktornya dalam Islam dan homoseksualitas, dan juga mendirikan organisasi yang meneliti isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan homoseksualitas.