Titi DJ : Saya Bukan Tukang Kawin-Cerai

Kalau suka, share artikel ini:
 
Soal Berita Mengenai Doyan Kawin-Cerai?

Titi : Yah ada lagi satu komentar yang sepertinya cukup menyakitkan saya yaitu: 'Titi DJ doyan kawin cerai'. Saya tidak dengan bangga melakukan ini semua. Saya malah sebenarnya menderita. Saya sama kok seperti wanita-wanita lain, istri-iatri lain, ibu-ibu yang lain yang ingin pernikahan yang langgeng. Mudah-mudahan apa yang saya alami itu tidak dialami para wanita lain. Kata 'doyan' di sini tuh memiliki konotasi yang negatif, sementara saya di sini menganggapnya sebagai kegagalan. Lantas, apakah saya doyan kegagalan? Kan ngga juga.
Ovy : Yah mungkin saya teringat sebuah cerita. Beberapa hari lalu saya cerita-cerita dengan teman, ada seorang teman saya yang sudah beberapa kali, 3x atau 4x mengalami kecelakaan mobil sampai mobilnya hancur dengan supir-supir yang berbeda-beda, bahkan sampai ada sampai supirnya yang meninggal. Nah, apakah dia juga dibilang doyan kecelakaan? Ngga dong.
Titi : Jadi bisa berpikir kesitu yang menjuluki saya doyan kawin cerai.
Ada Yang Bilang, Kok Gak Tampak Sedih?

Titi : Ada yang sepertinya bilang saya ngga ada beban, ringan-ringan aja karena saya sepertinya banyak senyum. Saya kan ga perlu harus nangis-nangis kan? dan saya buka kontestan idol, jadi saya ga perlu nangis-nangis di depan kamera . Saya ga mau memperlihatkan kesedihan saya ke orang-orang, saya tidak mau menjual air mata saya, saya sudah puas dan cukup nangis sendiri di kamar, tanpa orang tahu, karena saya tidak mau terus berlarut-larut. Karena ada 4 orang anak dan beberapa orang yang bekerja dengan saya, yang harus saya hadapi, dan saya urus. Kalau saya terus sedih, kalau saya terus menangis, bagaiamana saya mau ngurus mereka? Jadi saya tetap harus lihat ini sebagai sesuatu hal yang harus dilalui dengan sebaik-baiknya, bukan dengan suka cita, tidak! Saya tidak gembira menghadapi ini semua. Tapi kan saya harus tegar, harus melalui ini dengan mulus dan harus selalu happy.
Ovy : Dan ini juga seperti yang tadi dibilang, kita punya anak-anak, dan memang bagaimanapun atau apapun yang kita rasakan, entah itu saat kita marah atau sedih, memang tidak baik terlihat di depan anak-anak. Harus dijaga tidak terlalu terlihat marah yang terlalu berlebihan, sedih yang berlebihan tidak baik juga, jangan sampai mereka melihat kita lemah, kita terpuruk, itulah yang harus dihindari.
Titi : Karena mereka, (anak-anak) butuh sosok yang kuat dalam keadaan seperti ini. Darimana mereka dapatkan sosok yang kuat, ya dari orang tuanya, dari saya sebagai ibunya dan dari Ovy sebagai bapaknya. Jadi ada saatnya saya sedih sih pasti, tapi kan ga perlu diperlihatkan lah. Saya malah ingin orang melihat saya senyum.
Jadi Bukan Karena Cari Sensasi, Ya?

Titi : Tudingan bahwa kita menjual sensasi mungkin juga mereka mengambil kesimpulan berdasarkan dari sikap kita. Toh kita juga ga bisa nyalahin itu. Mungkin ada yang bertanya, kok kita masih mesra, kok masih sama-sama barbequean atau buka puasa bareng, kok bisa sama-sama ngobrol dengan baik? Ya, kita bukan akting juga ya, tapi itulah yang kita rasain. Sulit sih memang, jadi kita segala tingkah laku kita mesti dijelaskan, padahal inilah sesuatu yang natural kita juga bukan mengumbar kemesraan.
Ovy : Justru ini harus dilihat kita mengambil langkah ini bukan karena emosi, bukan karena kita berantem atau karena kita marah. Tapi ini logika apa yang dari hati yang kita pikirkan bersama-sama, dan akhirnya kita mengambil keputusan, tapi bukan berarti kita berantem terus kita saling ga peduli. Justru kita saling support, kita harus kuat mengambil langkah ini demi kebaikan yang kita pikirkan.

kapanlagi.com
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: