Lima Alasan Israel Kian Agresif Terhadap Palestina

Kalau suka, share artikel ini:
Narayana 734Beberapa waktu belakangan Israel kian agresif melakukan tekanan terhadap Palestina. Tekanan itu ditenggarai sejumlah alasan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi, mengungkap alasan itu antara lain adalah rekonsiliasi Hamas dan Fatah. "Walaupun secara internal ada penolakan, tapi bila bersatu merupakan pukulan telak bagi Israel," kata dia saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (20/12).
Kedua adalah Musim Semi Arab. Dalam beberapa hal, musim semi tersebut memunculkan kekuatan kelompok Islam. Kalau dahulu, ungkap Muhyiddin, rezim penguasa merupakan perpanjangan tangan Washington.
"Kini kelompok Islam bakal mengancam eksistensi Israel di Timur Tengah. Mesir dengan Ikhwanul Muslim-nya, Tunisia dengan Partai Al-Nahda, Maroko dan Libya segera mengikuti jejak yang sama,'' katanya. ''Jadi, apa yang dilakukan Israel merupakan upaya agar Palestina tidak mengikuti jejak tetangganya itu."
Ketiga, fokus publik cenderung kepada peristiwa Musim Semi Arab. Masyarakat internasional akhirnya tidak melihat Palestina sebagai pusat persoalan Timur Tengah. Padahal, inti persoalan Timur tengah adalah Palestina.
"Apabila ini tidak selesai, maka tidak mungkin ada penyelesaian. Ketika negara Arab membentuk pemerintahan baru tanpa memikirkan nasib Palestina, maka Timur Tengah tetap membara. Bayangkan Hamas dan Fatah (4 juta), sementara PLO (11 juta). Itu berarti 7 juta di luar Palestina. Mereka melakukan manuver dengan berbagai organisasi, baik dalam organisasi ekstrim, moderat atau liberal. Nah, kelompok perlawanan garis keras yang menjadi ancaman Israel," paparnya.
Keempat, Israel sudah mulai sadar bahwa kekerasan lebih ampuh ketimbang dialog. Mereka pun menggunakan beragam alasan guna membenarkan tindakannya. Jadi, tak heran banyak rekayasa yang dibangun. "Kalau kekuatan Islam berdiri, itu akan menjadi angin segar membendung Israel," ujarnya.
Kelima adalah Iran. Negara republik Islam itu begitu leluasa menjalin kerjasama dengan kelompok perlawanan seperti Hamas. Hal ini merupakan fenomena unik dimana Syiah membantu Sunni. Di sisi lain, Arab Saudi yang Sunni itu enggan membantu Hamas.
"Jadi, Israel mengingatkan Hamas agar jangan bermacam-macam," pungkas dia.
REPUBLIKA.CO.ID
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: