Ini Dia Keluarga Jakarta yang Kisahnya Masuk Nominasi Piala Oscar

Kalau suka, share artikel ini:
 
Film Stand van de Sterren yang berkisah tentang keluarga Indonesia mampu menembus nominasi Piala Oscar untuk kategori film dokumenter terbaik. Sutradara film dokumenter ini, Leonard Retel Helmrich, dengan sudut pandang yang luar biasa berhasil mengeluarkan suka duka keluarga nenek Rumidjah dan Bakti yang tinggal di Jakarta ini.
Ada tujuh orang yang secara tekun diikuti oleh sutradara asal Belanda itu selama enam tahun. Berikut sekilas biodata mereka seperti dikutip dari laman standvadesterren:
 
 Rumidjah (71 tahun)
Lahir di desa kecil di Jawa sebelum Perang Dunia II membentuk watak Rumidjah. Ia mengalami peralihan kekuasaan dari seluruh Presiden di Indonesia. Ia pun diajari harus mengabdi pada penguasa. Dengan demikian pula, Rumidjah mengajarkan hidup pada dua putranya Dwi dan Bakti. Rumidjah yang beragama Islam pindah agama ke kristen setelah menikah. Suaminya kristen, meninggal pada 1995. Dari dua puteranya, Rumidjah mendapat cucu bernama Tari dari anak perempuannya yang sudah meninggal Silvi.
 
 Bakti (39)

Lahir pada 1969, Bakti adalah contoh dari warga yang patuh pada Orde Baru. Ia baru mengenal 'demokrasi' ketika Jakarta rusuh pada 1998. Bakti turun bersama mahasiswa. Bagi dia, kerusuhan Jakarta itu lebih terasa seperti sebuah permainan 'rusuh' ketimbang pilihan ideologi untuk menjatuhkan rezim Orde Baru.
 
 Tari (17)
Trilogi film Leonard menampilkan bagaimana sosok Tari tumbuh menjadi remaja. Dari budaya Orde Baru yang diajarkan ayah dan neneknya, Tari justru belajar demokrasi. Ia tak memiliki panutan dalam keluarganya. Ia belajar demokrasi dari sekolah dan media. Tumbuh sebagai remaja dalam situasi konsumerisme yang tinggi membuat Tari kerap bentrok dengan budaya tradisional keluarganya. Keluarganya ingin Tari lebih fokus ke belajar ketimbang hura-hura. Agar bisa mengeluarkan keluarganya dari himpitan kemiskinan.
 
Sri (29)
Sri yang beragama Islam menikahi Bakti yang beragama Kristen. Mereka tinggal bersama di rumah Rumidjah. Sri lahir dan besar di pedesaan semasa Orde Baru. Ia memiliki sebuah warung makan tempatnya mencari nafkah sehari-hari.
 
 Dwi (43)
Anak tertua Rumidjah. Ia memiliki dua anak, Andan dan Bagus. Dwi yang beragama Islam kurang berperan dalam pendidikan Tari. Ia sempat berprofesi sebagai supir bus namun karena kecelakaan ia tak bisa lagi bertugas.
 
 Bagus (8)
Cucu Rumidjah dan anak terkecil dari Dwi. Bagus digambarkan sebagai sosok yang belum tercemar. Anak kecil yang tinggal di permukiman kumuh. Bagus sedari kecil akhirnya harus bertemu dengan dua kutub agama yang berbeda di keluarganya, ayahnya Islam namun neneknya Kristen.
 
 Tumisah (73)
Teman masa kecil Rumidjah. Ia tinggal di desa. Tumisah digambarkan tak melek teknologi dan tak terbiasa hidup di permukiman padat dan kumuh. Tumisah cukup bahagia dengan hidupnya yang sederhana di desa. Ia masih memasak menggunakan kayu bakar dan mengandalkan sawah untuk kebutuhan sehari-harinya.

REPUBLIKA.CO.ID
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: