Baraa Melhem |
Penderitaannya selama satu dekade berakhir setelah diselamatkan oleh pasukan keamanan Palestina. Namun Baraa, seperti dimuat Daily Mail, Senin 23 Januari, mengaku bahagia setelah bisa kembali menghirup udara bebas.
"Saya bahagia sekarang. Hidup saya benar-benar telah dimulai," katanya.
Kedua orang tuanya sudah bercerai sejak ia masih berusia empat tahun. Hak asuh Baraa diberikan pada ayahnya, Hassan Melhem, sementara hak asuh atas saudara laki-laki Baraa diberikan pada sang ibu, Maysoun, karena Hassan sering berlaku kasar.
Baraa pertama kali dikunci dalam kamar mandi yang gelap oleh ayahnya saat usianya masih 10 tahun, setelah mencoba kabur dari rumah. Ia dipukuli, jarang diberi makan, dan hanya diizinkan keluar tengah malam untuk melakukan pekerjaan rumah.
Ia juga hanya diberi selimut, radio, dan pisau cukur oleh Hassan beserta ibu tirinya, yang berkali-kali mendorongnya untuk bunuh diri. "Saya tidak benci ayah saya, namun saya benci apa yang dilakukannya pada saya. Mengapa ia melakukannya pada saya? Itu yang tidak saya mengerti," tutur Baraa, yang kini tinggal bersama ibunya di pemukiman Arab di Yerusalem.
Perlakuan Hassan, warga Palestina yang memiliki kewarganegaraan Israel, terhadap Baraa bisa dibilang kejam. Ia mengancam akan memperkosa Baraa jika mencoba kabur. Tak hanya itu, Hassan juga memukuli Baraa dengan kabel dan tongkat setiap kali marah.
Rambut dan alis Baraa kadang dicukur. Jika menanyakan ibunya, Hassan akan mengguyurnya dengan air dingin. Maysoun juga bersaksi kalau mantan suaminya selalu membuat-buat alasan jika ingin bertemu dengan putrinya.
Meski mengaku hidup dalam ketakutan, namun Baraa punya cara jitu untuk membuatnya tetap waras. Selain melakukan senam, ia juga mendengarkan siaran radio untuk mengikuti perkembangan dunia luar dan mendengarkan ramalan astrologi.
Salah satu siaran favorit Baraa adalah siaran kesehatan jiwa. Ia percaya, cara-cara itu akan membuatnya tetap bertahan hidup.
Menurut petugas yang menyelamatkannya, Baraa ditemukan dalam keadaan yang menyedihkan dalam sebuah kamar mandi berukuran kecil, dilengkapi jendela yang kecil pula. Ia tampak kebingungan ketika akhirnya melihat matahari musim dingin dan bertemu banyak orang di kantor polisi.
Permintaan pertama Baraa setelah bebas dari ruangan sempit sang ayah adalah permen. Setelah itu ia ingin bertemu Maysoun, yang langsung meminta Baraa untuk tinggal bersamanya.
Penyiksaan yang menderanya selama satu dekade ternyata menumbuhkan trauma bagi Baraa. Ia mengaku tidak akan menikah. "Jika kekerasan yang saya alami saja sudha antara ayah dan anak, bagaimanan nantinya kalau saya punya suami? Saya tidak akan menikah," tegasnya.
Meskipun hanya pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar, namun Baraa berharap suatu hari bisa mempelajari ilmu psikologi supaya bisa membantu orang-orang yang memiliki pengalaman sama dengannya.
Hassan Melhem, warga Palestina yang kini memiliki kewarganegaraan Israel, dijadwalkan menghadiri sidang pertamanya besok. Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melakukan tindak kekerasan dalam waktu yang lama pada putrinya.
• VIVAnews
"Saya bahagia sekarang. Hidup saya benar-benar telah dimulai," katanya.
Kedua orang tuanya sudah bercerai sejak ia masih berusia empat tahun. Hak asuh Baraa diberikan pada ayahnya, Hassan Melhem, sementara hak asuh atas saudara laki-laki Baraa diberikan pada sang ibu, Maysoun, karena Hassan sering berlaku kasar.
Baraa pertama kali dikunci dalam kamar mandi yang gelap oleh ayahnya saat usianya masih 10 tahun, setelah mencoba kabur dari rumah. Ia dipukuli, jarang diberi makan, dan hanya diizinkan keluar tengah malam untuk melakukan pekerjaan rumah.
Ia juga hanya diberi selimut, radio, dan pisau cukur oleh Hassan beserta ibu tirinya, yang berkali-kali mendorongnya untuk bunuh diri. "Saya tidak benci ayah saya, namun saya benci apa yang dilakukannya pada saya. Mengapa ia melakukannya pada saya? Itu yang tidak saya mengerti," tutur Baraa, yang kini tinggal bersama ibunya di pemukiman Arab di Yerusalem.
Perlakuan Hassan, warga Palestina yang memiliki kewarganegaraan Israel, terhadap Baraa bisa dibilang kejam. Ia mengancam akan memperkosa Baraa jika mencoba kabur. Tak hanya itu, Hassan juga memukuli Baraa dengan kabel dan tongkat setiap kali marah.
Rambut dan alis Baraa kadang dicukur. Jika menanyakan ibunya, Hassan akan mengguyurnya dengan air dingin. Maysoun juga bersaksi kalau mantan suaminya selalu membuat-buat alasan jika ingin bertemu dengan putrinya.
Meski mengaku hidup dalam ketakutan, namun Baraa punya cara jitu untuk membuatnya tetap waras. Selain melakukan senam, ia juga mendengarkan siaran radio untuk mengikuti perkembangan dunia luar dan mendengarkan ramalan astrologi.
Salah satu siaran favorit Baraa adalah siaran kesehatan jiwa. Ia percaya, cara-cara itu akan membuatnya tetap bertahan hidup.
Menurut petugas yang menyelamatkannya, Baraa ditemukan dalam keadaan yang menyedihkan dalam sebuah kamar mandi berukuran kecil, dilengkapi jendela yang kecil pula. Ia tampak kebingungan ketika akhirnya melihat matahari musim dingin dan bertemu banyak orang di kantor polisi.
Permintaan pertama Baraa setelah bebas dari ruangan sempit sang ayah adalah permen. Setelah itu ia ingin bertemu Maysoun, yang langsung meminta Baraa untuk tinggal bersamanya.
Penyiksaan yang menderanya selama satu dekade ternyata menumbuhkan trauma bagi Baraa. Ia mengaku tidak akan menikah. "Jika kekerasan yang saya alami saja sudha antara ayah dan anak, bagaimanan nantinya kalau saya punya suami? Saya tidak akan menikah," tegasnya.
Meskipun hanya pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar, namun Baraa berharap suatu hari bisa mempelajari ilmu psikologi supaya bisa membantu orang-orang yang memiliki pengalaman sama dengannya.
Hassan Melhem, warga Palestina yang kini memiliki kewarganegaraan Israel, dijadwalkan menghadiri sidang pertamanya besok. Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya melakukan tindak kekerasan dalam waktu yang lama pada putrinya.
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini: