Soekarno Ditampar Polisi Militer Jepang, Begini Kisahnya

Kalau suka, share artikel ini:
Narayana 734 - Peristiwa ini terjadi saat Presiden RI pertama, Soekarno masih tinggal serumah bersama istrinya, Inggit Garnasih di Bandung. Ketika itu mereka sudah menikah dan hidup bahagia. Namun, suasana tersebut menjadi kacau ketika Jepang datang menjajah Indonesia.

Suatu ketika, Soekarno terlambat untuk mematikan lampu pada waktu malam hari. Akhirnya muncul cahaya kecil selama satu detik dan terlihat bercahaya dari luar yang saat itu dalam kondisi amat gelap. Lantas Soekarno pun langsung segera mematikan lampu itu. 

Namun, tiba-tiba dari luar terdengar suara ribut banyak orang yang menggedor-gedor pintu rumah Soekarno. Dengan cepat, Inggit segera membuka pintu dan melihat peristiwa yang sebenarnya terjadi. Ternyata telah ada rombongan polisi militer (PM) berwajah beringas menghampiri kediaman Soekarno berserta istri.

“Ada apa?” tanya Inggit gemetar. Kapten polisi lantas menggertak, “Siapa pemilik rumah ini?” Kemudian Inggit menjawab, “Saya.” “Bukan,” teriaknya lagi. “Kami maksud kepala keluarga. Di mana suami nyonya?” sergahnya lagi, sepeti yang dilansir dari sindonews.com 

Mendengar keributan di luar rumah itu, Soekarno langsung keluar dan membentak-bentaknya karena cahaya lampu yang sedetik itu. Kemudian, prak, prak, prak. Tanpa pikir panjang, kapten itu dengan spontan menampar wajah Soekarno dengan keras. 

Sekejap darah keluar dari bibir dan hidung Soekarno. Inggit tak kuasa melihat secara langsung suaminya ditampar oleh Polisi Militer Jepang. Kemudian Inggit langsung menjerit histeris dan jatuh berlutut di depan kepolisian Jepang saat itu juga. 

Akan tetapi, usaha Inggit tidak mendapatkan respons dan tidak membuahkan hasil apa-apa. “Jangan pukul dia. Sayalah yang harus bertanggung jawab, bukan dia. Mohon dia dimaafkan. Saya yang melakukannya,” ujar permohonan Inggit. 

Tamparan itu hanya membuat Soekarno terdiam, tidak mengeluarkan sepatah kata. “Kesakitan yang dirasakan oleh siapa saja ini hanya lah kerikil di jalan menuju kemerdekaan. Langkahilah dia,” ujar Soekarno di dalam hatinya, seperti dilansir dari babe.co.id 

Setelah kejadian tersebut, Soekarno segera melapor ke Kepala Bagian Pemerintahan, Kolonel Nakayama. Setelah mendengar laporan Soekarno, seketika Nakayama memohon maaf atas perbuatan yang dilakukan polisi militer itu, bahkan ia berjanji akan menindak lanjuti hal tersebut.

Namun, tindakan yang diberikan oleh Nakayama untuk Polisi Militer Jepang tidak pernah diketahui hingga saat ini. Nakayama juga menyampaikan bahwa kapten polisi militer saat itu tidak mengetahui tentang Soekarno. Padahal, Soekarno saat itu adalah ketua Pusat Tenaga Rakyat (Putera). 

Sebagai ketua Putera, Soekarno berperan sebagai penggalang dukungan rakyat di garis belakang untuk kepentingan Jepang. Selain itu, Soekarno juga diberi tugas untuk meringankan kesulitan dalam negeri yang sedang dialami Jepang saat itu. 

Pemerintah Jepang sangat membutuhkan Soekarno agar dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi penduduk setempat, di mana saja, dan kapan saja. Singkatnya tenaga Soekarno dimanfaatkan untuk semua kepentingan Jepang. 

Melalui Putera ini nama Soekarno dapat dikenal di seluruh pelosok negeri  Dengan bekerja sama dengan orang-orang Jepang, Soekarno diizinkan untuk menyelenggarakan rapat di hadapan ratusan ribu orang. 

Walaupun demikian, bukan berarti kehidupan Soekarno senang dan mewah selama pendudukan Jepang. Soekarno dan keluarganya juga merasakan kelaparan yang diderita rakyat. Dia harus pergi ke kampung-kampung pelosok untuk mencari beras. 

Sampai di sini cerita Presiden RI Soekarno ditampar oleh polisi militer Jepang. Kutipan cerita ini diambil dari buku Cindy Adams yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Semoga bisa menjadi kebaikan bagi para pembaca. 

Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: