Nasib Qadafi Sebelum Ditangkap, Mengais Makanan dari Rumah ke Rumah dan Terlihat Stres

Kalau suka, share artikel ini:
Narayana 734Kisah tentang saat-saat akhir mantan penguasa Libya, Kolonel Muammar Qadafi, terus diperbincangkan. Versi terbaru kisah itu datang dari pengawal Qadafi yang ikut hingga titik akhir pelarian, MansourDao. Dalam wawancara dengan CNN, Dao membeberkan bagaimana kehidupan Qadafi di pelarian.
Menurut dia, Qadafi menghabiskan pekan terakhir hidupnya dengan sengsara. Qadafi mencari makan dengan mengais-ngais makanan dari rumah yang sudah ditinggalkan warga karena perang di Kota Sirte. Qadafi juga tiba-tiba kerajingan membaca buku. Dalam pelarian itu, Qadafi membawa beberapa koper berisi buku.
Dao menggambarkan, perilaku Qadafi sukar berubah-ubah. Misalnya, ketika tentara Dewan Transisi Nasional masuk ke Kota Misrata, Qadafi malah ingin pergi ke desa tempat kelahirannya, Jaref, sekitar 20 km dari Sirte.
Rencana ini ditentang Dao. "Tapi Qadafi terlihat panik dan gugup. Ini mungkin karena dia ketakutan," kata Dao. "Dia ingin sekali pergi ke desanya. Mungkin dia ingin berakhir di sana, atau menghabiskan saat terakhirnya di sana," sambung Dao.
Bahkan Qadafi juga mengatakan ia masih bisa berkuasa lagi di Libya. Menurut Dao, ini karena sindrom kekuasaan Qadafi yang sudah selama 42 tahun.
Dao mengawal Qadafi dan Mutassim. Bersama mereka ada 24 orang loyalis Qadafi. Qadafi menyerahkan rencana pelarian dan perang pada Mutassim, anaknya. Qadafi mengatakan ia tak punya rencana apapun. Ketika rakyat Libya berperang melawan loyalis Qadafi, Dao menggambarkan, Qadafi malah asyik minum teh dan menulis di jurnalnya.
Di hari naas tertangkapnya Qadafi, dia dan Dao sedang mengendarai Toyota Landcruiser. Mereka hendak kabur dari Sirte. Namun dapat dihentikan oleh serangan udara NATO. Qadafi dan Dao terluka dan ditangkap pasukan dewan transisi nasional.
Dao mengatakan, Qadafi tampak memandang remeh situasi pengejaran dirinya. "Sebenarnya dia bisa dengan mudah lari ke luar negeri dan hidup tenang senang," kata Dao.
"Qadafi memang stres sehari-hari. Dia terlihat sangat marah. Dia juga kerap terlihat sedih. Tapi dia masih percaya kalau rakyat Libya mencintai dia, bahkan setelah tentara oposisi menduduki Tripoli," kata Dao lagi.
REPUBLIKA.CO.ID
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: