Abdelrahman Ahmed Shaalan, Pegulat Sumo Pertama Asal Mesir

Kalau suka, share artikel ini:
Narayana 734 - Siapa pesumo paling populer saat ini? Ia adalah Osunaarashi. Jangan terkecoh, ia bukan pesumo dari Jepang. Osunaarashi adalah nama ring dari Abdelrahman Ahmed Shaalan, pesumo asal Mesir. Osunaarashi berarti badai pasir yang hebat.

Osunaarashi atau Shaalan menjadi buah bibir setelah memenangi laga sumo profesional yang digelar di Osaka, Jepang, Maret 2012. Target utama Shaalan hanya satu, menjadi seorang yokozuna atau juara utama. Wow!
Sumo, olahraga beladiri gulat dari Jepang, tak hanya populer karena postur tubuh dan berat badan para petarungnya yang melebihi rata-rata orang kebanyakan. Sumo juga masyhur karena mengusung budaya lokal. salah satunya tercermin dari kostum yang dikenakan. Satu lipatan kain melilit pinggang, dan satu lipatan lain menutupi pangkal paha, melingkar dari perut ke pinggang belakang. Keunikan lain adalah tatanan rambut.

Maka,mencengangkan ketika seseorang dari Mesir, mewakili Benua Afrika dan jazirah Arab, muncul di atas ring sumo. Dengan dua kaki mengangkang laksana dua batang pohon, Shaalan menumbangkan lawan-lawannya dari Jepang. Masih ada tantangan lain yang harus ia taklukkan, tetapi dengan satu kemenangan yang ia raih, jalan menuju yokozuna main dekat.

"Saya yakin bisa memenuhi tantangan itu," kata Shaalan, pesumo berusia 20 tahun yang tinggal di Giza, Mesir, seperti dikutip AFP. Shaalan lantas bercerita, ia mampu berlatih sedikitnya empat jam sehari. Ia juga pernah memenangi turnamen sumo pada bulan Ramadhan, saat tak setetes pun air ia minum dan tak sesuap nasi pun ia makan, di tengah laga.
"Saya ingin menjadi pegulat yang mewakili negara-negara Arab dan Afrika. Mimpi saya adalah menjadi yokozuna," kata pesumo bertinggi badan 189 sentimeter dan berberat badan 145 kilogram ini. Kadang-kadang ia merasa sedikit khawatir, menjadi satu-satunya pesumo profesional dari Mesir dan berada di negara asal sumo. "Namun, itu tak masalah," kata Shaalan, yang masuk peringkat pesumo profesional setelah meraih medali perunggu pada kejuaraan sumo yunior 2008 dan kelas +100 kilogram tahun 2010.

Shaalan ibarat seekor ayam di kandang bebek. Sebagai seorang muslim yang taat, ia rajin shalat lima kali sehari. Di sisi lain, ia juga memiliki jadwal latihan yang ketat dan mempelajari ritual-ritual di olahraga sumo. Shaalan sama sekali tidak menyentuh daging babi, yang sangat disukai oleh berjuta-juta warga Jepang. Ia juga tidak minum bir atau sake. Padahal, daging babi dan sake adalah makanan pokok para pesumo Jepang, yang berguna untuk membesarkan badan.
Pelatih Shaalan, Otake, selalu menjaga tubuh dan performa atlet asuhannya dengan memberi makanan yang tepat. Otake membuat resep sendiri, paduan dari daging, sayur-mayur, dan ikan, yang disebut chankonabe. "Kalau menu (saat kompetisi) babi, kami menyediakan ayam untuknya. Kami biarkan ia memilih makanan yang lain. Meski demikian, saya berharap ia bisa menyesuaikan diri dengan tradisi disini," ujar Otake.

Shaalan menjadi penting bagi Jepang. Ia menjadi satu di antara segelintir orang asing yang mau mempelajari tradisi sumo, bahkan pada saat anak-anak muda Jepang lebih memilih bisbol atau sepak bola. Asosiasi Sumo Jepang tidak bisa memastikan apakah Shaalan adalah kompetitor muslim pertama yang pernah ada. Tidak ada catatan soal ini pada masa lalu.

Shaalan masih ingat saat pertama kali tertarik sumo pada usia 15 tahun. Ia terkesan dengan kekuatan pada pegulat itu, yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa meski kalah atau lelah. Ia lalu memutuskan berhenti kuliah di jurusan akuntansi dan total mendalami sumo. "Saya ingin dunia memahami sumo," kata Shaalan. Sekali lagi, wow! (Kompas)
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: