Ada "Mata" di Kulit

Kalau suka, share artikel ini:
Narayana 734Bagi orang awam, menghitamnya kulit akibat sinar matahari adalah proses yang mudah dipahami. Bila orang berkulit terang berjemur di bawah sinar terik matahari selama beberapa jam, kulitnya akan berubah warna menjadi lebih gelap. Namun, bagi ilmuwan, reaksi kulit terhadap sinar ultraviolet (UV) jauh lebih misterius.

Sebuah studi mendemonstrasikan bahwa kulit dapat mendeteksi radiasi sinar UV tipe A (panjang gelombang 320-400 nanometer) menggunakan reseptor sensitif cahaya yang semula dianggap hanya ada dalam mata. Begitu terdeteksi, kulit mulai memproduksi melanin dalam beberapa jam.

Kemampuan kulit yang sanggup mendeteksi cahaya seperti mata ini ternyata memicu produksi melanin jauh lebih cepat daripada perkiraan semula. Sebelumnya, peneliti hanya tahu produksi melanin terjadi beberapa hari setelah radiasi UVB (panjang gelombang 315-280 nm) mulai merusak DNA.

"Begitu Anda mulai terkena sinar matahari, kulit langsung tahu mereka terpapar radiasi UV," kata Elena Oancea, dosen biologi di Brown University di Providence, Amerika Serikat. "Proses ini sangat cepat, jauh lebih cepat ketimbang apa yang diketahui sebelumnya."

Peneliti yakin melanin melindungi DNA dalam sel kulit terhadap kerusakan dari sinar UVB dengan menyerap radiasi yang datang. Proses ini tidaklah sempurna, itulah sebabnya mengapa orang harus menggunakan sun block. Tapi studi terbaru dalam jurnal Current Biology ini menunjukkan bahwa tubuh menyiagakan pertahanannya jauh lebih cepat, bahkan sebelum kulit menghitam.

Dalam eksperimen menggunakan sel kulit penghasil melanin di laboratorium, Oancea dan timnya menemukan bahwa sel itu mengandung rhodopsin, reseptor fotosensitif yang digunakan mata untuk mendeteksi cahaya. Mereka juga mengungkap bagaimana rhodopsin melepas sinyal ion kalsium yang merangsang produksi melanin.

Ketika sinar UVA menumbuk reseptor rhodopsin, sinyal kalsium terpicu dalam beberapa detik. Setelah satu jam, melanin akan berakumulasi. Meski temuan ini mengungkap mekanisme perlindungan kulit terhadap radiasi, Oancea menyatakan hal itu bukan alasan bagi seseorang untuk meninggalkan kebiasaan melindungi kulit dari matahari.

"Penelitian ini tidak mengatakan, 'Jangan gunakan tabir surya,'" kata Oancea.
tempointeraktif.com
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini:
Kalau suka, share artikel ini: