Narayana 734 - Ilmu pengetahuan alam mengajarkan kita banyak hal menarik. Mulai dari pembentukan bumi, mengenal makhluk-makhluk yang pernah tinggal di zaman purba, sampai melihat kondisi antariksa. Semua fakta itu pastinya membuat siapa pun merasa kagum dengan segala hal yang ada dunia ini. Namun, ternyata ada informasi-informasi sains yang keliru atau salah kaprah.
Ketidakakuratan itu bisa disebabkan oleh data yang tak lagi relevan atau mungkin dulunya kita hanya menelan informasi itu bulat-bulat. Alhasil, kita pun tidak tahu fakta sebenarnya di balik informasi sains tersebut. Nah, berikut adalah lima mitos seputar sains yang ternyata salah kaprah dan seharusnya tidak kita percayai.
1. Sahara Adalah Gurun Terluas di Dunia
Ketika mendengar kata gurun, kita pasti langsung teringat pada dataran luas yang panas dan gersang. Faktanya, menurut Encyclopedia of Earth, tempat yang luas dan tidak berpenghuni juga bisa disebut gurun. Seperti misalnya, Antartika.
1. Sahara Adalah Gurun Terluas di Dunia
Ketika mendengar kata gurun, kita pasti langsung teringat pada dataran luas yang panas dan gersang. Faktanya, menurut Encyclopedia of Earth, tempat yang luas dan tidak berpenghuni juga bisa disebut gurun. Seperti misalnya, Antartika.
Sayangnya, selama ini kita tidak menganggap Antartika sebagai gurun. Alhasil, semua orang menyebut Sahara sebagai gurun terluas di dunia. Padahal berdasarkan data yang dilansir United States Geological Survey, luas Sahara hanya 3,6 juta mil persegi, sedangkan Antartika mencapai 5,4 juta mil persegi.
2. Matahari Berwarna Kuning
2. Matahari Berwarna Kuning
Sejak kecil, kita selalu dijejali dengan teori bahwa warna matahari itu kuning. Namun, informasi itu tidaklah akurat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh nasa.gov, matahari sebetulnya memancarkan cahaya dalam semua warna. Namun ketika melihatnya sepintas dengan mata telanjang, warna kuning memang menjadi yang paling dekat dengan persepsi penglihatan kita.
Tapi pada kenyataannya, kuning bukan satu-satunya warna yang dipancarkan matahari. Karena tidak satupun dari kita bisa melihat langsung apa warna matahari, para ilmuwan memiliki teori jika semua warna yang dipancarkan matahari dikumpulkan, akan tampak sebuah “white light” atau cahaya putih, demikian mereka menyebutnya.
3. Tembok Besar China Satu-Satunya Obyek yang Bisa Dilihat Dari Luar Angkasa
3. Tembok Besar China Satu-Satunya Obyek yang Bisa Dilihat Dari Luar Angkasa
Mitos lain mengklaim bahwa Tembok Besar China merupakan satu-satunya objek buatan manusia yang dapat dilihat dari luar angkasa. Informasi itu tentunya salah kaprah dan sama sekali tidak akurat. Semua itu tentunya tergantung di orbit mana Anda berada di luar angkasa.
Pada orbit rendah, menurut NASA, tembok itu nyaris tidak dapat dilihat. Namun pada orbit tertentu, Anda bahkan bisa melihat semua bangunan di muka bumi. Bukan hanya Tembok Besar China. Dan jika Anda berada di bulan, Anda tentu tidak bisa melihat apa pun di bumi.
4. Everest Adalah Gunung Tertinggi di Dunia
4. Everest Adalah Gunung Tertinggi di Dunia
Mungkin hampir semua orang di bumi percaya bahwa Everest adalah gunung tertinggi di dunia. Faktanya ternyata tidak! Tinggi dari sebuah gunung seharusnya diukur mulai dari dasar hingga puncak. Everest hanya mempunyai ketinggian 29.035 kaki di atas permukaan laut.
Sementara Mauna Kea di Hawaii mempunyai ketinggian 13.796 kaki di atas permukaan laut dan 19.700 kaki di bawah Samudera Pasifik. Dan seperti dikutip dari Tech Insider, jika total tinggi Mauna Kea mencapai sekitar 33.500 kaki.
5. Bumi Berbentuk Bulat Sempurna
5. Bumi Berbentuk Bulat Sempurna
Ketika masih SD, ibu/bapak guru sering mengatakan bahwa bumi itu bulat sempurna. Tapi itu tidaklah benar. Seperti dilansir StarrySkies.com, bumi berotasi dengan kecepatan 1.040 mph.
Kecepatan itu membuat kutub-kutub planet menjadi pipih dan terlihat menonjol di sekitar khatulistiwa. Akibat dari pemanasan global, para ilmuwan kemudian memprediksi bahwa tonjolan tersebut kini membuat bumi semakin oval.
Inilah lima mitos seputar sains yang ternyata salah kaprah dan tidak akurat. Teknologi memang terus berkembang, sehingga data-data yang dulunya mungkin dianggap akurat, kini tak lagi relevan. Jadi, sebaiknya telusuri dulu informasi sains yang Anda dapat, sebelum benar-benar memercayainya.
Sumber
Sumber