Narayana 734 - Alkisah di suatu hari sepasang kakek dan nenek pergi
belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka.
Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah gelas keramik yang cantik.
“Lihat
gelas itu,”kata si nenek kepada suaminya.”Kau benar, inilah gelas
keramik yang tercantik yang pernah aku lihat” ujar si kakek. Saat mereka
mendekati gelas itu, tiba-tiba gelas yang dimaksud berbicara.
“Terima
kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak
cantik. Sebelum menjadi gelas yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah
liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan
tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputas. Kemudian ia mulai
memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak,
tetapi orang itu berkata “belum!” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku
berulang-ulang. Stop! Stop! Teriakku lagi.
Tapi
orang ini masih saja meninjuku tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan
lebih buruk lagi ia memasukkan aku kedalam perapian. Panas! Panas!
Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini
berkata “belum!” Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan
membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh
ternyata belum.
Setelah dingin aku diberikan
kepada seorang wanita muda dan ia muulai mewarnai aku .Asapnya begitu
memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak. Wanita itu berkata “belum!”. Lalu
ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke
perapian yan lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan
ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak
peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku.
Setelah
puas “menyiksaku”, kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar
dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkanku dekat kaca.
Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya
karena dihadapanku berdiri sebuah gelas keramik yang begitu cantik.
Semuua kesakitan dan penderitaanku yang kulalui menjadi sirna tatkala
kulihat diriku.
Seperti inilah Tuhan
membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan,
sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah
satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan
memancarkan kemulian-Nya “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila
kamu jatuh kedalam berbagai pencobaan, sebab kita tahu bahwa ujian
terhadap kita menghasilkan ketekunan.
Toh,
jangan pernah menyerah mengarungi kerasnya hidup ini dan tak ada
milyarder di dunia ini sukses tanpa jerih payah, mereka silih berganti
menghadapi ombak besar, angin kencang. Selamat berjuang...!
Artikel tanpa sumber dan foto : dornob.com