1. Innocence of Muslims, 2011
Innocence
of Muslims hingga kini masih heboh diperbincangkan. Film yang dinilai
menghina agama Islam dan Nabi Muhammad ini menimbulkan protes di
berbagai belahan dunia hingga menimbulkan kerugian besar sampai jatuhnya
korban jiwa sejak 11 September. Kantor Konsulat AS di Benghazi, Libya,
misalnya, sampai dibakar dan menewaskan 4 orang, termasuk Duta Besar
Christopher Stevens. Menteri Perkeretaapian Pakistan Ghulam Ahmad Bilour
pada Sabtu lalu bahkan menawarkan hadiah sekitar 900 juta Rupiah untuk
orang yang berhasil membunuh pembuat Innocence of Muslims sambil
mengajak Taliban dan Al Qaeda ikut bergabung dalam misi pencarian itu.
Siapakah pihak di balik film itu? Adalah Nakoula Basseley Nakoula yang
menggunakan nama samaran Sam Bacile, warga Southern California, Amerika
Serikat. Setelah diperiksa oleh pemerintah federal Jumat (14/09) malam
lalu, sampai sekarang Nakuola menghilang bersama seluruh keluarganya,
meninggalkan rumah mereka di Cerrittos, Los Angeles.
Di Indonesia sendiri akses menuju film Innocence of Muslims sudah ditutup berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik karena mengandung unsur yang menyinggung SARA. Walaupun begitu, sampai saat ini kita masih bisa melihat film ini melalui Google maupun YouTube karena sulitnya melacak film yang makin hari banyak diunggah orang.
2. ? (Tanda Tanya), 2011
Cuplikan adegan film "Tanda tanya". |
3. Cin(t)a, 2009
Cin(t)a berkisah tentang cinta beda suku dan agama antara Cina, mahasiswa 18 tahun beretnis Batak Cina, dengan Anissa, mahasiswi muslim Jawa berusia 24 tahun. Di dalamnya banyak dialog cerdas yang membahas banyak hal, dari perkuliahan, kehidupan, hingga Tuhan. Film ini menegaskan bahwa Tuhan adalah karakter yang paling tak bisa ditebak. Dan, Tuhan dipercaya mencintai semua umat-Nya, termasuk Cina dan Annisa, tapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai karena mereka menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda.
Film garapan Sammaria Simanjuntak bersama para sineas independen Bandung ini juga langsung mengundang perdebatan dari beberapa pihak karena mengangkat tema yang sensitif, SARA, tapi juga sangat menarik karena isu sensitif ini dihadirkan dengan cerdas dan matang hingga berhasil mendapatkan Piala Citra untuk Skenario Asli Terbaik. Trailer film ini dikeluarkan awal April 2009 melalui YouTube dan diputar perdana di London pada 29 Mei-nya. Dari beragam reaksi positif, reaksi negatif pun bermunculan, salah satunya yang menganggap film ini mendorong pernikahan antaragama.
4. Fitna, 2008
Masih ingat
dengan film dokumenter Fitna karya Geert Wilders ini? Berbagai kalangan
bersikap reaktif begitu Fitna muncul ke publik lewat internet. Tak cuma
umat muslim, umat beragama lain dan banyak komunitas menyampaikan
keprihatinan mereka. Belanda, negara tempat film ini berasal, otomatis
jadi sasaran protes. Padahal, film ini sendiri juga mendapat kecaman di
Belanda. Dalam film berdurasi 15 menit itu, cuplikan kejadian dari
peristiwa penyerangan World Trade Center (WTC) di New York pada 11
September 2001, pengeboman kereta api di Madrid, Spanyol (2004),
pembunuhan Theo van Gogh (2004), sampai pidato para tokoh garis keras
muslim dikompilasikan dengan selipan potongan ayat Alquran, sehingga
kekejaman dan kekerasan terkesan identik dengan Islam.
5. Da Vinci Code, 2006
Cuplikan adegan "Da Vinci Code". |
Film ini digarap dengan kaidah sinematografi sehingga layak jadi tontonan, lepas dari penafsiran Dan Brown yang kontroversial. Ditempatkan sebagai hiburan, semua orang mungkin bisa menerimanya. Tapi, jika dilihat dari sudut pandang lain yang berpautan dengan keyakinan dasar seseorang, sepertinya harus dipikirkan ulang untuk mempercayai paparan Brown begitu saja. Toh, tiap orang memang punya sudut pandang dan kepercayaannya sendiri. Dan sebuah novel atau film seharusnya tak cukup kuat mengusik kepercayaan seseorang itu.
6. Bad Wolves, 2005
Film Bad Wolves garapan sutradara Richard Buntario ini sempat membuat Polda Metro Jaya melayangkan surat ke Lembaga Sensor Film karena menilai film action yang mengangkat kehidupan antargeng itu menyinggung SARA dan porno aksi, juga mempertontonkan cara mengisap shabu-shabu. Adegan-adegannya pun dinilai terlalu sadis, sarat dengan kekerasan. Sebagai tindak lanjutnya, LSF pun melakukan penyuntingan ulang film yang dibintangi Zack Lee, Ivan Gunawan, dan Sultan Djorghi itu, yang Richard nilai berlebihan. Namun, film ini tak sampai ramai dibicarakan masyarakat karena “gaung”-nya pun kurang terdengar.
Sumber