Narayana 734 - Uang Rp.1000 dan Rp 100.000 sama2 terbuat dari kertas, sama2 di cetak dan di edarkan oleh dan dari Bank Indonesia... pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat. Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian diantara kedua uang tsb terjadilah percakapan, si Rp.100.000 bertanya kpd Rp.1000; "Kenapa badan km begitu lusuh, kotor dan bau amis...? di jawablah olehnya "Karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang2 bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis. Lalu Rp.1000.bertanya balik pd Rp.100.000; "Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?" di jawabnya; "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnyapun di restoran mahal, di mall dan jg hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar dr dompet. Lalu Rp.1000.bertanya lagi; "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah? Dijawablah..."Belum pernah". Rp.1000 pun berkata lagi; "Ketahuilah walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap jum'at aku selalu mampir di Mesjid2, dan ditangan anak2 yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia sebagai sebuah nilai tapi aku dipandang sebagai sebuah manfaat...Akhirnya menangislah uang Rp.100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini. Jadi....bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termasuk golongan orang2 yang selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong. Amin... .
Kalau suka, tolong klik "like/suka" di bawah ini: